PENDIDIKAN DI INDONESIA DARI TINJAUAN PSIKOLOGIS
John Locke pernah mengemukakan dalam
pandangan bahwa di samping membekali dengan pengetahuan akademis, tujuan utama
pendidikan adalah to instill virtue atau
menanamkan nilai-nilai kebajikan (Locke, 1693). Prinsip dasar virtue atau kebajikan, menurut Locke, bukan
hanya terbatas oleh sesuatu yang bisa dibuktikan oleh penalaran logis, namun
lebih menyentuh pada pergulatan psikologis terbesar manusia—memilih antara apa
yang kita inginkan dengan apa yang menurut kita benar untuk dilakukan.
Kajian
psikologi pendidikan dalam kaitannya dengan pengembangan kurikulum pendidikan
terutama berkenaan dengan pemahaman aspek-aspek perilaku dalam konteks belajar
mengajar. Terlepas dari berbagai aliran psikologi yang mewarnai pendidikan,
pada intinya kajian psikologis ini memberikan perhatian terhadap bagaimana in
put, proses dan out pendidikan dapat berjalan dengan tidak mengabaikan aspek
perilaku dan kepribadian peserta didik.
Secara psikologis, manusia merupakan individu yang unik. Dengan demikian, kajian psikologis dalam pengembangan kurikulum seyogyanya memperhatikan keunikan yang dimiliki oleh setiap individu, baik ditinjau dari segi tingkat kecerdasan, kemampuan, sikap, motivasi, perasaaan serta karakterisktik-karakteristik individu lainnya.
Kurikulum pendidikan seharusnya mampu menyediakan kesempatan kepada setiap individu untuk dapat berkembang sesuai dengan potensi yang dimilikinya, baik dalam hal subject matter maupun metode penyampaiannya.
Secara khusus, dalam konteks pendidikan di Indonesia saat ini, kurikulum yang dikembangkan saat ini adalah kurikulum berbasis kompetensi, yang pada intinya menekankan pada upaya pengembangan pengetahuan, keterampilan, dan nilai-nilai dasar yang direfleksikan dalam kebiasaan berfikir dan bertindak. Kebiasaan berfikir dan bertindak secara konsisten dan terus menerus memungkinkan seseorang menjadi kompeten, dalam arti memiliki pengetahuan, keterampilan, dan nilai-nilai dasar untuk melakukan sesuatu.
Secara psikologis, manusia merupakan individu yang unik. Dengan demikian, kajian psikologis dalam pengembangan kurikulum seyogyanya memperhatikan keunikan yang dimiliki oleh setiap individu, baik ditinjau dari segi tingkat kecerdasan, kemampuan, sikap, motivasi, perasaaan serta karakterisktik-karakteristik individu lainnya.
Kurikulum pendidikan seharusnya mampu menyediakan kesempatan kepada setiap individu untuk dapat berkembang sesuai dengan potensi yang dimilikinya, baik dalam hal subject matter maupun metode penyampaiannya.
Secara khusus, dalam konteks pendidikan di Indonesia saat ini, kurikulum yang dikembangkan saat ini adalah kurikulum berbasis kompetensi, yang pada intinya menekankan pada upaya pengembangan pengetahuan, keterampilan, dan nilai-nilai dasar yang direfleksikan dalam kebiasaan berfikir dan bertindak. Kebiasaan berfikir dan bertindak secara konsisten dan terus menerus memungkinkan seseorang menjadi kompeten, dalam arti memiliki pengetahuan, keterampilan, dan nilai-nilai dasar untuk melakukan sesuatu.
Hal yang tidak kalah penting adalah bagaimana
sistem pendidikan di Indonesia menciptakan anak bangsa yang memiliki
sensitifitas terhadap lingkungan hidup dan krisis sumber-sumber kehidupan,
serta mendorong terjadinya sebuah kebersamaan dalam keadilan hak. Sistem
pendidikan harus lebih ditujukan agar terjadi keseimbangan terhadap
ketersediaan sumberdaya alam serta kepentingan-kepentingan ekonomi dengan tidak
meninggalkan sistem sosial dan budaya yang telah dimiliki oleh bangsa
Indonesia.
Dengan
demikian dalam pengembangan kurikulum berbasis kompetensi, kajian atau tinjauan
psikologis terutama berkenaan dengan aspek-aspek:
(1)
kemampuan siswa melakukan sesuatu dalam berbagai konteks;
(2)
pengalaman belajar siswa;
(3)
hasil belajar (learning outcomes),
(4)
standarisasi kemampuan siswa
Comments
Post a Comment